1. Kipo
Kipo adalah jajanan khas Kotagede. Bentuknya kecil dan dibungkus daun
pisang. Kulit kipo warna hijau dengan isian gula jawa. Bungkusan daun
pisang berisi adonan yang sudah diberi gula jawa kemudian dipanggang di
atas cobek.
Harum pandan dan kenyal kulit dari tepung ketan yang gurih bercampur
dengan manisnya gula jawa. Salah satu tempat legendaris yang menjual
kipo adalah kios Bu Djito di Jalan Mondorakan Nomor 27, Kotagede, yang
sudah berjualan sejak 1946.
2. Sego Pecel
Sego berarti nasi, pecel sudah pasti sayuran dengan bumbu kacang.
Masakan sederhana ini selalu mampu membuat penikmatnya rindu untuk
menyantapnya kembali. Kuncinya memang di bumbu kacang.
Nah, SGPC Bu Wiryo bisa menjadi salah satu tempat makan untuk
menikmati sego pecel. Lokasinya masih berada di kompleks Universitas
Gajah Mada (UGM) dan sudah ada sejak tahun 1959. Tak heran, ini menjadi
tempat makan nostalgia bagi kalangan alumni UGM.
Sego pecel ala Bu Wiryo tak jauh beda dengan nasi pecel lainnya,
yaitu berisikan kacang panjang, bayam, dan tauge. Tentu saja tak lupa
bumbu kacang gurih dengan sedikit rasa pedas, disiram di atas sayuran.
Anda bisa tambahkan lauk lainnya untuk menyantap nasi pecel, ada tempe
dan tahu bacem, ataupun sekedar telur goreng.
3. Gudeg
Mendengar kata “gudeg” saja sudah mampu menerbitkan air liur. Rasanya
yang legit dengan paduan gurih dari santan. Nangka muda dimasak dengan
santan selama berjam-jam hingga kental dan berubah warna.
Salah satu penjual gudeg yang tenar adalah Gudeg Yu Djum.
Sampai-sampai, jika tak sempat makan, gudeg pun dibungkus untuk
dijadikan oleh-oleh. Gudeg Yu Djum sering dibeli untuk dibawa pulang ke
kota asal. Biasanya bisa awet jika dibungkus dengan kendil atau kendi
tanah liat.
Gudeg kering khas Yu Djum ini berisikan telor bebek, ayam kampun, dan
sambal krecek. Saking larisnya, siang hari seringkali gudeg di tempat
ini sudah habis. Gudeg Yu Djum sudah berusia lebih dari 30 tahun dan
terus berjualan di Jalan Wijilan.
4. Sate Klathak
Pertama kali menikmati sate klathak, tak perlu kaget dengan tampilan
tusuk satainya yang tampak menyeramkan itu. Ya, jeruji sepeda yang
terbuat dari besi digunakan sebagai tusuk sate. Sate Klathak bisa
ditemukan di daerah Bantul.
Daging yang dipakai biasanya daging kambing muda yang sudah dibumbui
dengan garam dan sedikit merica, tanpa tambahan kecap dan bumbu lainnya.
Begitu sederhana namun malah mengeluarkan kesegaran rasa asli dari
daging kambing.
Nama “klathak” sendiri berasal dari bunyi yang keluar saat daging
dibakar di tungku bara api. Di Jalan Imogiri Timur dan Pasar Jejeran
terdapat banyak penjual Sate Klathak. Namun salah satu yang tenar adalah
Sate Klathak Pak Bari yang berada di Pojok Kidul Pasar Jejeran,
Wonokromo, Bantul.
5. Kopi Jos
Ketenaran Kopi Jos ini sudah tak terkatakan lagi. Bisa dipastikan
setiap pelancong yang ke Yogyakarta, mampir ke sebuah angkringan jadul
di Jalan Mangkubumi, dekat pintu keluar Stasiun Tugu.
Angkringan Lek Man, demikian biasa disebut. Angkringan itu sudah ada
sejak tahun 1950-an. Kopi Jos hanyalah kopi hitam pekat. Hal yang
membuatnya istimewa adalah arang yang membara dimasukan ke dalam kopi.
Sambil menikmati kopi jos, jangan lupa menyantap sego kucing alias
nasi dalam porsi kecil lengkap dengan sedikit lauk seperti ikan teri.
Tambahkan aneka gorengan dan sate.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar